JurnalKepri.com, Lingga, – Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga, kembali menerbitkan lagi satu buah buku kebudayaan melayu yang menyajikan tentang kue tradisional pengantin yang lazim dihidangkan pada acara adat perkwainan di bunda tanah melayu.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, Muhammad Ishak menucapkan syukur kepada Allah SWT sekaligus berterima kasih kepada para pengurus LAM Lingga, dan terkhusus sekali kepada tim penulis, berkat tekad dan kerja keras mereka, LAM Lingga dapat menerbitkan satu buah buku lagi.
Ishak menjelaskan, buku ini amat penting sekali untuk disusun dan diterbitkan, karena selain agar orang paham betul untuk membuat kue tersebut sudah tidak banyak lagi yang membuatnya.
Kue itu juga mulai jarang dibuat di beberapa tempat, malahan generasi milenial saat ini diyakini sekali banyak tidak tau tentang kue tersebut apa lagi membuatnya.
“Mudah-mudahan dengan adanya buku ini selain memuat tatacara membuat dan resep juga menjelaskan tentang maknanya, sehingga kue ini tetap lestari di Bunda Tanah Melayu,” kata M. Ishak melalaui pesan telpon selulernya kepada media ini, Kamis (24/1/2019).
Nama kue pengantin tradisional ini, lanjut M. Ishak, sangat unik dan menarik yakni, kue khisidah, rumput surga, pasir neraka, telur belangkas serta beberap nama unik lainnya, kue tradisional ini pada tahun 2019, termasuk yang akan diajukan Pemkab Lingga melalui Disbud untuk ditetapkan sebagai warisan budaya benda indonesia.
“Dengan diterbitknnya buku ini, akan semakin membantu melengkapi syarat syarat pengusulan,” imbuhnya. (Jal)