Mengembalikan Pulau Penyengat Sang Indra Sakti ‘Ala’ Soerya Respationo
JurnalKepri.com, Tanjungpinang, – Disela-sela melakukan ziarah ke makam-makam leluhur dan tokoh-tokoh melayu yang ada di Kota Gurindam, khususnya Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Provinsi Kepri pada Jumat (9/10/2020) pagi, tercatat beberapa hal yang akan dilakukan Calon Gubernur Kepri HM Soerya Respationo.
Mengingat, Pulau Penyengat merupakan sebuah pulau yang hanya berjarak 2 Kilometer (km) di seberang Tanjung Pinang, Ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Pada abad ke-18, pulau ini merupakan lokasi pemerintahan Kesultanan Johor-Riau dengan istana perpaduan arsitektur Jawa dan Belanda.
Karena merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Johor-Riau, di pulau ini banyak ditemui berbagai peninggalan Kesultanan Johor-Riau.
Oleh karenanya, Pria yang berpasangan dengan Iman Sutiawan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kepri dan telah mengantongi nomor urut 1 ini, telah memiliki sebuah konsep yang bakal membenahi Pulau Penyengat menjadi lebih menarik.
“Di mata saya, Pulau Penyengat adalah sebuah pulau yang sangat khusus. Dimana disini merupakan tempatnya Kerajaan Melayu. Dan melayu sendiri merupakan simbol Islam. Oleh karena itu, Pulau Penyengat akan kita tata menjadi sebuah konsep pulau yang sangat menarik nantinya,” jelas pria yang akrab disapa Romo Soerya ini.
Penataan yang dimaksud adalah, dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang sangat kental dengan Melayu di Pulau Penyengat, Sepertinya, dengan membangun Rumah Adat Melayu, peningkatan kualitas jalan hingga meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Pulau Penyengat.
Sehingga nantinya masyarakat di Kepri, khususnya wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung yang memberikan dampak secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di daerah itu sendiri.
“Rangkaian ekonomi di Pulau Penyengat, harus dihidupkan. Seperti penataan dermaganya hingga alat transportasi darat dan laut. Sehingga akan memunculkan sebuah kawasan wisata yang religi,” jelasnya.
Dengan mengembalikan penataan Pulau Penyengat sebagai pusat peninggalan Kerajaan melayu, tegasnya lagi, maka secara langsung identitas Pulau Penyengat bakal lebih dikenal dan menonjol budaya religius Islami-nya.
“Intinya adalah, mengembalikan Pulau Penyengat Sang Indra Sakti,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, berbagai peninggalan Kesultanan Johor-Riau diantaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau, Kompleks Pemakaman Keluarga Kesultanan Johor-Riau, makam Pahlawan Nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor, Balai Adat, dan benteng di Bukit Kursi.
Seperti Masjid Raya Sultan Riau ini memiliki 13 kubah dan 4 menara masjid berujung runcing setinggi hampir 19 meter. Jika jumlah kubah dan menara dijumlahkan, maka 17 adalah penunjuk bilangan rakaat shalat dalam satu hari.
Di pintu masuk Masjid Raya Sultan Riau ini, terdapat Al Quran yang ditulis oleh Abdurrahman pada tahun 1867 M, dikisahkan Beliau ini adalah putra Riau yang belajar di Istambul Turki dan Al Quran tersebut ditulis olehnya ketika mengajar agama Islam di Pulau Penyengat, Riau.
Masjid yang dibangun menggunakan perekat putih telur ini memiliki warna kuning menyala dan sangat mencolok jika dilihat dari kejauhan.
Di dalam masjid ini terdapat kitab suci kuno yang berjumlah 300 buah, kitab-kitab kuno koleksi perpustakaan Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, dan dua mushaf Al Quran tulisan tangan yang diletakkan dalam peti kaca di depan pintu masuk. Masjid ini merupakan kebanggaan masyarakat Pulau Penyengat.
Di kompleks pemakaman Keluarga Kesultanan Johor-Riau ini terdapat makam Engku Puteri Permaisuri Sultan Mahmud yang wafat pada 1812, makam Raja Ahmad, Raja Abdullah, Raja Aisyah Permaisuri, dan Raja Ali Haji yang merupakan seorang pahlawan nasional.
Dan sebelumnya, Bukit Kursi ini merupakan benteng pertahanan Kerajaan Johor – Riau. Di Bukit Kursi ini terdapat 8 meriam. Posisi benteng di bukit ini sangat strategis, ketika musuh sudah nampak akan mendekati pulau, tinggal di tembak saja. (***)